CERBER (CERITA BERSAMBUNG) "WANITA EMPAT-EMPAT"

PART 1



  • Kring...Kring...Kring...Alarm berbunyi. Bunyi alarm itu bersumber dari sebuah handphone yang tergeletak di atas meja. Waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Pemilik handphone itu pun terbangun mendengar bunyi alarm tersebut. Serli, dia bangun dari tidurnya lalu duduk sebentar sambil membuka ke dua matanya. Dia mengucek-ngucek matanya yang masih terasa berat. Wajahnya menoleh ke sekelilingnya, dia pun menyadari bahwa dia ketiduran di lantai beralaskan selimut bersama dengan sebuah buku. Sebuah buku yang berisi tentang panduan melakukan wawancara.
  • Kemudian, dia bangkit dari lantai menuju kamar mandi. Sesampai di sana, dia pun berdiri menghadap dinding yang bertempel sebuah cermin berbentuk segi empat. Dia meraih sikat gigi dan mengoleskan pasta di atasnya. Lalu, megosok-gosok giginya. Selanjutnya membersihkan mulut dan juga wajah dengan air yang dia ambil dari salah satu botol plasik. Botol itu berasal dari deretan belasan botol-botol plastik di meja bawah cermin. Selesai membersihkan wajah, dia menuju pintu. Membukanya dan mengambil satu kotak susu yang ada di luar pintu pada samping kanan.
  • Setelah mendapatkan susu untuk sarapan, dia berjalan menuju jendela kaca. Dia buka tirainya, maka cahaya menerangi ruang belajar yang dipenuhi buku. Lalu, dia mengambil sebuah teropong berwarna hitam. Dia letakkan di depan mata dan dia arahkan ke luar kaca. Terlihatlah olehnya burung-burung beterbangan ke sana kemari. Bunga-bunga yang terlihat basah karena embun pagi. Lalu, dia mencari Pak Zali yang biasanya pagi-pagi sudah beraksi dengan alat-alat kebersihan di taman kampus. Tapi, kali ini dia tidak menemukannya. Dia terus saja memperhatikan kesekeliling taman, dan dia malah menemukan sosok laki-laki yang tidak dikenal.
  • Seorang laki-laki yang lebih tua sekitar 2 tahun dari Serli. Dia duduk sendirian di taman kampus. Pada tangannya terdapat pena dan buku. Dia sibuk dengan kedua benda tersebut. Kadang-kadang, dia berhenti menulis dan matanya memandang ke arah danau besar yang berada di tengah-tengah taman. Kemudian, tangannya bergerak lagi di atas kertas. “Laki-laki tampan yang menarik.” komentar Serli.
  • Sebentar Serli memperhatikan laki-laki itu, dia kembali pada aktivitasnya. Dia letakkan teropongnya di atas meja. Lalu, dia mulai menggerakkan kedua tangannya kemudian kakinya. Dia pun melakukan senam di sana. Pukul 7.15 adalah waktu dia untuk olahraga. Sekitar 20 menit, dia berhenti lalu mengambil roti beserta selainya dan juga susu kotak tadi. Pukul 7.45, dia pun sarapan di tempat itu juga. Selesai sarapan, dia mengambil sapu dan membersihkan lantainya. Pukul 8 pagi, matahari sudah setinggi tombak dan bersinar cerah. “Selamat bertugas hari ini, Mentari.” kata Serli sambil melambai-lambaikan tangannya.
  • Serli kemudian berada di depan meja belajarnya. Dia menyalakan komputer lalu membuka website kampus. Terpampanglah satu lembar dokumen yang berisi tentang tugas para mahasiswa baru sebelum memasuki perkuliahan. Tugas tersebut ialah membuat sebuah artikel yang berhubungan dengan dunia kampus. Ketika mengumpulkan informasi, setidaknya dia melakukan wawancara kepada narasumber sesuai topik yang dipilih. Tugas ini hanya diberikan kepada para mahasiswa dari jurusan jurnalis saja, termasuk Serli. Sehingga, Serli mempelajari teori tentang panduan melakukan wawancara pada sebuah buku tadi malam.
  • Asyik di depan komputer, tiba-tiba suara pengumuman mengagetkannya. “Apa kabar para mahasiswa? Aku adalah ketua dewan mahasiswa. Pertemuan pertama pada awal semester kalian akan diadakan pada pukul 2 siang hari ini. Bagi mahasiswa yang tidak bisa hadir akan dikenakan denda. Khususnya bagi mahasiswa baru. Mengerti? Atas perhatiannya, terima kasih.” Mendengar pengumuman itu, wajah Serli menjadi mengkerut. Dia terlihat kesal. “Denda? Kenapa? Padahal ini hanya pertemuan biasa.” komentarnya. Betul, pertemuan yang diadakan bukanlah hal yang wajib. Sebab, kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) sudah dilaksanakan pada satu minggu yang lalu. Itu pun Serli mengambil bentuk kegiatan OPAK yang sifatnya VIP. Kegiatannya hanya berlangsung satu hari tapi harus membayar dengan harga yang mahal.
  • Adapun pertemuan yang disebutkan pada pengumuman adalah pertemuan yang sifatnya tidak wajib. Namun, sudah menjadi tradisi. Sehingga terasa kurang, jika tidak melakukannya. Para mahasiswa diminta ke kampus untuk menjalin silaturahmi kembali dan bergembira bersama menyambut hari perkuliahan seminggu kemudian. Sebut saja, bentuk kegiatannya berupa pesta perayaan dipadukan dengan syukuran.
  • Dua jam kemudian, halaman kampus sesak oleh sekumpulan manusia. Acara pembukaan belum dimulai juga. Sebab, narasumber pada acara tersebut belum datang. Sehingga, mahasiswa masih berada di luar. Padahal ruang aula sudah tertata dengan rapi dan bersih.
“Kenapa kamu berdiri di sini?.” sapa Reza.

“Apakah aku bisa izin pergi sekarang? Aku ada urusan di luar.” sahut Fahri.

“Tidak bisa, acara hari ini perlu banyak panitia.” jawab  Reza.

Fahri pun menjadi terdiam dengan wajah cemberut.
  • Reza adalah ketua Dewan Mahasiswa yang melakukan pengumuman tadi. Dia bertanggungjawab atas acara tersebut. Fahri selaku sekretaris acara, dia berharap mendapat izin pergi dari tugasnya. Sebab, Dhani selaku ketua acara tidak memerlukan bantuannya lagi. Urusan surat menyurat tidak diperlukan ketika acara berlangsung, jadi dia pikir bisa pergi. Tapi, sayangnya tidak sesuai harapan. Dia menjadi kecewa.
  • “Waw !” kata Reza terpekik kaget. Tangannya pun menunjuk ke arah Serli. Serli yang sedang berlari-lari kecil menuju aula. “ 44 , kamu datang !” teriaknya dengan wajah gembira.
  • “Dia gadis dari kamar 44?” tanya Fahri kaget.
  • “Ya.” jawab  Reza singkat dan matanya terus terarah pada Serli.
  • Mendengar jawaban dari Reza. Fahri tidak lagi berada di tempatnya. Dia bergerak menuju ke arah Serli. “Permisi. Kita belum resmi berkenalan, tapi kita tinggal bersebelahan.” sapa Fahri. Serli pun berhenti melangkah, sebab Fahri berada di depannya. “Aku belajar berkomunikasi dengan orang-orang di klub. Jadi, aku akan berbicara blak-blakan. Apa kamu ahli dalam melakukan wawancara?” kata Fahri lagi. Tapi, Serli tidak menjawab. Matanya tertuju pada aula yang mulai penuh karena dijejali mahasiswa. “Jika kamu bisa maka ajari aku. O.K?” desak Fahri.
  • “Aku akan menuliskannya untukmu.” jawab Serli kemudian dia pergi dari hadapan Fahri.
  • “Apa?” kata Fahri dengan wajah bingung.
  • Setelah Serli pergi, Dhani menghampiri Fahri.
  • “Apa yang kamu bicarakan dengan gadis tadi?” tanya Dhani.
  • “Aku meminta bantuannya, mungkin dia mau berbaik hati padaku.”
  • “Memangnya kamu kenal dengannya?” tanya Dhani lagi. Fahri menggelengkan kepalanya. “Mana mungkin dia mau membantumu. Apa lagi kalian akan bersaing dalam satu jurusan. Mikir nggak seh, kamu?” kata Dhani. Fahri hanya diam memandang Dhani.
  • Kemudian, mereka  menuju gedung aula kampus. Lalu, memilih kursi yang sudah disediakan untuk para panitia. Benar, gedung aula sudah dipenuhi mahasiswa. Serli yang terlambat masuk mendapatkan kursi paling belakang. Dia duduk sendiri dengan buku dan pena di tangan.
  • Sekitar satu jam berlalu, acara pertemuan diisi dengan sambutan dari Reza, Dhani dan juga pemaparan materi dari Narasumber. Tema acaranya adalah “Menciptakan pribadi yang kreatif, inovatif dan Motivator”. Diakhir acara, para panitia membagikan selebaran tentang sosok mahasiswa yang memiliki pribadi tadi. Tidak lain, dia adalah laki-laki tampan yang Serli temukan di taman kampus pada pagi harinya. Serli tampak kaget karenanya. Dia pun menyimpan selebaran yang memuat gambar laki-laki tersebut.
  • Usai acara, mahasiswa dibubarkan. Serli pun mengambil kesempatan di siang itu. Dia berjalan menuju taman kampus yang menjadi tempat favoritnya selain perpustakaan. Taman di kampusnya sangat cantik untuk dilihat dan sangat nyaman untuk dinikmati. Pada taman terdapat 3 buah kubah besar bundar. Di bawah kubah tersebut, kita bisa duduk santai. Kubah ini berada di tiga titik sudut segitiga sama kaki. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah danau yang dikelilingi oleh jalan kecil. Serta berbagai macam bunga di sisi kanan dan kiri jalan. Semakin cantik pula, di sekeliling danau di tanami pepohonan. Sehingga taman terlihat hijau dan udaranya pun sejuk apalagi di pagi hari. Selain itu, taman juga lengkap dengan kursi yang berukuran sedang. Kursi-kursi tersebut diletakkan pada sisi jalan. Jadi, taman yang demikian wajar saja disukai Serli.
  • Setiba di taman, Serli melihat sosok laki-laki yang dia lihat pagi tadi atau sosok laki-laki yang tercantum dalam brosur yang dia pegang. Mereka ialah orang yang sama. Meskipun laki-laki itu ada di hadapannya, dia tidak memiliki keberanian untuk bertegur sapa bahkan menyapanya. Dia menyembunyikan diri di balik tong sampah berukuran besar. Bau yang menyengat hidung tidak berhasil mengganggunya. Beberapa menit kemudian, laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya. Terbebaslah dia, namun dia terhenyak lagi ketika dia melihat sebuah pena tergeletak di dekat kursi. Tidak salah lagi, pemilik pena tersebut adalah laki-laki itu.
  • Serli mengambil pena itu dan berniat untuk menyerahkannya. Laki-laki itu berjalan teramat cepat. Dia pun bergerak mengejarnya. Ketika dia berhasil tepat berada di belakang laki-laki itu, kakinya membeku. Dia dalam sekejam berubah seperti patung es. Mulutnya menganga tanpa suara. Hingga, laki-laki itu lenyap dari hadapannya dan pena masih berada di genggaman tangannya. Dia pun merunduk dengan menggenggam kuat pena tersebut.


1 komentar: